Rabu, 20 Januari 2010

Jika harus selingkuh, lakukanlah dengan baik dan benar @#@

Sebelumnya, saya klarifikasi dulu bahwa selingkuh yang dimaksud dalam tulisan ini adalah jenis “Selingan Indah Keluarga Utuh”. Jadi, para pelakunya tetap bertekad untuk mempertahankan keutuhan keluarga, karena satu dan lain sebab.

Perselingkuhan terjadi lebih sering karena faktor internal di diri pelaku, daripada akibat pengaruh atau sebab-sebab di luar dirinya. Buktinya, lelaki lebih rentan berselingkuh, padahal potensi ketidakpuasan kepada pasangan, rasanya sama besar baik di kalangan pria maupun bagi kaum wanita. (Jangan-jangan malah lebih besar di kalangan wanita, sebenarnya).

Makanya seorang kawan pernah bilang, wanita perlu sebab yang kuat dan situasi yang kompleks untuk berselingkuh – acap kali merupakan “sarana” balas dendam atas perselingkuhan yang lebih dulu dilakukan lelakinya – sementara di sisi lain, lelaki seringkali tak memerlukan sebab apapun untuk melakukannya.

Jadi, lelaki yang tak pernah berselingkuh, adalah lelaki luar biasa, sementara wanita yang setia adalah perempuan biasa, yang memang demikian seharusnya. Kalau wanita selingkuh, nah, itu baru luar biasa.

Ngga adil? Dunia memang ladang ketidakadilan, oleh karenanya kita percaya kelak akan ada hari perhitungan. Jika di sini semuanya sudah dijamin adil, lha yang mau dihitung ntar itu apaan dong?

Dan untuk para lelaki biasa itu, bisa juga diintip wanita luar biasa tadi, berikut ada tips, empat buah saja dulu, agar “dosa” Anda bisa lestari dan tetap berbau wangi.

Jangan Berubah

“KIta bakal menjadi penjelajah yang penuh semangat pada hari pertama berada di sebuah kota yang baru, atau di awal-awal sebuah perselingkuhan,” kata Mignon McLaughlin.

Perselingkuhan, apalagi yang mengandung kadar cinta cukup banyak, memang punya efek seperti jatuh cinta betulan. Ada antusiasme, gairah, semangat, pokoknya kayak mesin kena turbo deh. Menggelegak.

Tak sadar, Anda jadi sering nyanyi di kamar mandi, bersmsria sampai pegal, tampil lebih modis, pokoknya berbagai perubahan “positif” deh. Pasangan akan merasakan perubahan ini, terlebih wanita yang sensor intuisinya memang didesain sangat peka.

Jadi tampillah seolah tidak ada apa-apa. Kebiasaan Anda jangan ditambahi, jangan pula dikurangi. Soalnya, ada juga yang mendadak jadi makin perhatian sama pasangan, karena dorongan rasa bersalah, atau kompensasi.

Satu lagi, penting juga jangan sampai ada perubahan jadwal Anda “bercinta” dengan pasangan, demikian pula dengan kualitasnya dalam segala aspek. Mengkonsumsi suplemen mungkin ide yang baik.

Hapus Semua Jejak

Hapus semua sms Anda dengan kekasih gelap itu, juga semua catatan panggilan. Lebih baik lagi, sediakan nomor khusus untuk berhubungan dengannya, dan amankan nomor asli Anda. Atau kalaupun dia terlanjur tahu, pastikan dia tidak pernah menghubunginya.

Buat Kontrak yang Jelas

Sedari awal, jelaskan status Anda, dan lebih penting lagi, tegaskan pula bahwa Anda ingin tetap status itu dipertahankan. Semakin rinci Anda menyepakati hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan, semakin baik. Anda harus konsisten, dan jangan coba-coba mentolerir pelanggaran terhadap kesepakatan itu, sekecil apapun.

Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia dan balikkan, Peluk kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju – Kepada Kawan, Chairil Anwar.

Pastikan Alokasi Waktu yang Proporsional

Perselingkuhan memang menyajikan keasyikan yang tak didapat di rumah. Wajar, jika Anda kemudian lebih senang menghabiskan waktu di dunia yang penuh keasyikan daripada di tempat yang biasa-biasa saja.

Tapi Anda harus keras dan disiplin soal ini. Jangan sampai Anda tak punya waktu di rumah. Ingat prinsip pertama: jangan ada yang berubah. Alokasi waktu untuk selingkuh, hanya bisa Anda “curi” dari alokasi waktu di luar rumah, sebagaimana sebelumnya.

Buat Schedule Masa Berlaku Perselingkuhan

Anda harus merencanakan dengan matang, sampai kapan perselingkuhan itu akan dilakukan. Dan pastikan tidak ada periode kedua, atau babak pertambahan waktu. Ingat, seberapa membara pun api asmara membakar Anda, itu cuma ilusi.

Perselingkuhan ibarat nyala api yang menghangatkan hidup Anda, namun jika tak dikendalikan dan dipadamkan sesuai jadwal, akan membakar seluruh kehidupan Anda, dan menghanguskan kehidupan orang-orang lain yang menggantungkan sejarahnya di pundak Anda.

*****

Empat tugas yang berat ya? Sebenarnya bukan berat sih, tapi mustahil. Perselingkuhan pasti diikuti perubahan, dan memang dia merupakan perubahan itu sendiri; dari suami yang baik menjadi suami yang berkhianat, dari istri setia menjadi wanita tercela.

Perubahan itu, seberapa ketat pun Anda membungkusnya, akan terasa hari demi hari. Kecurigaannya hanya butuh sebuah bukti “kecil”, hasil dari kelalaian kecil yang Anda lakukan. Bukti itu akan datang, kelalaian itu bakal terjadi, cepat atau lambat.

Persoalan hati juga bukan bidang di mana kita selalu bisa bersepakat. Pada awalnya, kontrak memang akan dipatuhi. Tapi seperti tumor, rasa memiliki sang kekasih gelap akan meluas, atau Anda sendiri yang semakin larut dalam adukan perasaan. Waktu pun bergegas cepat ketika bersamanya, dan berdetak malas saat di rumah yang sesungguhnya.

Waktu itu relatif, kata Einstein. Lantas bagaimana pula hendak mengalokasikan secara proporsional, sesuatu yang relatif?

Dan akhirnya, hampir selalu, perselingkuhan hanya bisa diakhiri, bersamaan dengan berakhirnya seluruh sejarah gemilang kehidupan Anda.

Jadi, percaya atau tidak, satu-satunya cara berselingkuh yang baik dan benar, adalah dengan tidak melakukannya.

Tidak ada pasangan yang sempurna. Tak ada pernikahan yang sepenuhnya bahagia. Kesalahan pertama kita barangkali, berharap pernikahan adalah gerbang menuju kebahagiaan yang permanen, di mana cinta tumbuh di pekarangan, keindahan bersemi di ruang keluarga, kehangatan menjalar di kamar tidur, dan keceriaan semerbak mewangi dari dapur.

Padahal pernikahan justru salah satu pengorbanan terbesar di dalam kehidupan. Di saat kita bahkan tidak selalu bisa berdamai dengan diri sendiri, sering tak sanggup memaafkan dan menerima kesalahan serta kekurangan diri sendiri, kita malah harus berbagi hidup dengan manusia lain, memaafkan semua kesalahannya, menerima segala kekurangannya.

Yuk, belajar dari mereka yang memiliki tubuh tidak sempurna, tapi toh bisa menerima kekurangan itu, dan hidup dengan harapan dan gairah. Mereka sadar, seberapa lama ia menolak keadaannya itu, selama itu pula dia telah menyia-nyiakan kesempatannya untuk menemukan kebahagiaan dan hal-hal bernilai di dalam dirinya.

Nah, pasangan hdup adalah bagian tubuh dan jiwa kita sendiri, bisa agak bagus, bisa pula begitu cacat. Meski Anda yakin memilihnya sendiri sebagai pasangan – dan karenanya banyak orang menyalahkan dirinya sendiri karena salah memilih – sesungguhnya dia dipilihkan oleh kehidupan. (Mengapa harus dia, bukan yang lain, yang menjadi teman sekelas Anda saat SMA. Mengapa mesti si X, bukan si Y, yang mengajak Anda chat malam itu).

Seperti para penyandang cacat menerima fisik yang dipilihkan takdir untuknya, begitu pula kita menerima pasangan yang dipilihkan kehidupan buat kita.

Oleh karenanya cacatnya adalah cacatmu, kesalahannya adalah kesalahanmu. Tak ada yang perlu disesali, tak ada pula yang mesti dimaafkan. Di sisi lain, kebahagiaannya juga kebahagiaanmu, derai tawanya juga cekikikanmu. Tak ada yang perlu dibayar, tak ada yang akan membuatmu berutang.

Berlebihan? Apa boleh buat. Tak ada cara lain selain yang berlebihan ini. Mungkin karena itu ada yang bilang, kalau ngga salah Ayu Utami, bahwa “menikah itu cocok untuk orang lain”.

0 komentar:

Posting Komentar

Love is...
© ♥♥♥ aLL About Love ♥♥♥ - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace